Ampelgading – Sebanyak 45 orang mengikuti kursus pranikah yang diselenggarakan oleh KUA Kecamatan Ampelgading (4/8). Peserta merupakan calon pengantin dari 16 desa yang sudah mendaftar nikah di KUA Kecamatan Ampelgading.
Hadir sebagai narasumber, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang, Taufik Rahman. Taufik menjelaskan salah satu tujuan pernikahan adalah untuk membentuk sebuah keluarga yang merupakan organisasi terkecil di masyarakat.
Membangun keluarga tidaklah mudah, jangan hanya berlandaskan nafsu belaka. Rumah tangga mencakup segala hal. Harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang.
“Dengan menikah berarti calon pengantin sudah siap secara lahir dan batin, bukan hanya atas dasar nafsu. Membina keluarga diibaratkan mengarungi lautan, diperlukan bekal yang cukup. Terkadang ada badai yang menghampiri, dengan pondasi yang kokoh maka kapal tidak akan karam,” jabar Taufik.
Taufik menyebutkan jika bapak atau ibu adalah anugerah, anak juga anugerah, tapi suami atau istri merupakan pilihan pasangannya. Oleh karena itu pilihlah suami atau istri yang terbaik dari segi agama, akhlak, harta, dan lainnya.
Bagi pasangan calon pengantin yang akan melaksanakan akad nikah di KUA, Taufik menjelaskan tidak dipungut biaya atau gratis. Sedangkan untuk pelaksanaan di luar KUA akan dikenakan biaya sebesar Rp600.000,00. Uang tersebut disetorkan oleh calon pengantin melalui bank yang telah ditunjuk oleh Pemerintah.
Setiap pernikahan pasti mendambakan keturunan yang sholeh dan sholehah. Menurut undang-undang perkawinan, anak yang sah adalah anak yang lahir dalam perkawinan. Taufik menyebutkan dalam agama Islam tidak ada yang namanya anak haram bagi anak hasil hubungan di luar nikah. Yang salah dan haram adalah perbuatan orang tuanya.
Taufik mengingatkan kepada peserta untuk sabar dalam berumah tangga. Seorang suami hendaknya tidak mudah menjatuhkan talak.
“Mari kita bangun rumah tangga yang adem, ayem, tenteram. Jadikan keluarga sebagai tempat mencari pahala sebanyak-banyaknya. Jangan mudah menjatuhkan talak kepada istri. Kalau tidak bisa membahagiakan jangan menyakiti,” pungkasnya. (fi)