Pemalang – Untuk mengembangkan sikap saling menghargai dan menghormati dengan perbedaan dan keragaman dalam berkehidupan berkebangsaan khususnya di Kabupaten Pemalang, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang menggelar acara Workshop Pencegahan Konflik tingkat Kabupaten Pemalang di Aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang (28/4).
Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Andewi Susetyo turut hadir sebagai narasumber. Kerukunan hidup beragama terwujud apabila semua golongan agama bisa hidup bersama-sama secara damai tanpa mengurangi hak dan kebebasan masing-masing untuk menganut dan melaksanakan kewajiban agamanya.
“Negeri ini sudah ditakdirkan oleh Allah SWT beraneka ragam, jika tidak dijaga dengan manajemen yang baik maka berpotensi menyulut konflik. Kita patut bersyukur mempunyai UUD 1945, Pancasila dengan bhinneka tunggal ika yang menyatukan kita. Dengan perbedaan kita menyadari mempunyai tujuan yang sama yaitu memajukan NKRI,” ujarnya.
Salah satu arah kebijakan Pemerintah adalah meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama serta terciptanya suasana kehidupan yang harmonis dan saling menghormati dalam semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama. Kementerian Agama mempunyai tanggung jawab untuk membina, membimbing umat beragama agar terwujud kerukunan.
Kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan bangsa dan negara. Menerima perbedaan bukan berarti menyamaratakan, tetapi mengakui bahwa ada hal-hal yang tidak sama.
Hambatan dalam mewujudkan kerukunan umat beragama diantaranya dinamika intern umat yang menimbulkan konflik, terbatasnya SDM yang mendukung program kerukunan, dan adanya persepsi sebagian masyarakat bahwa program kerukunan baru menyentuh lapisan elite agama karena keterbatasan kegiatan.
Andewi menyebutkan ada empat tipe konflik yaitu (i) nihil konflik atau tidak ada konflik, (ii) konflik laten, seolah-olah tidak ada konflik tapi sewaktu-waktu bisa menjadi persoalan yang besar. Tipe yang ketiga adalah konflik di permukaan, konflik yang tampak nyata dan (iv) konflik terbuka, menurut dia tipe ini adalah yang paling parah, konflik dari level bawah sampai level atas.
Workshop diikuti oleh empat puluh peserta yang merupakan perwakilan dari instansi Pemerintah, pengurus FKUB Kabupaten Pemalang, pengurus MUI Kabupaten Pemalang, ormas keagamaan, dan tokoh agama. (fi)