Comal – Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pemalang menghimbau kepada madrasah untuk tidak sungkan meniru madrasah atau sekolah yang lebih maju. Umat Islam di Indonesia biasanya terbelenggu oleh hal-hal yang kurang penting. Perbedaan akidah kadang menjadi faktornya.
“Pada umumnya, madrasah kurang memperhatikan kebersihan lingkungan madrasah. Jika kita perhatikan, justru sekolah non-Islam yang peduli akan kebersihan, keindahan lingkungan. Padahal dalam Islam kita mengenal ungkapan kebersihan adalah sebagian dari iman, tapi kebanyakan madrasah tidak mengamalkannya”. Demikian dijelaskan Taufik Rahman, Kepala Kankemenag saat melakukan pembinaan di MTs Ma'hadul Muta'allimin Sidorejo, Selasa (11/10).
“Jangan alergi dengan lembaga pendidikan lain terlebih yang berbeda akidah. Silakan jadikan sekolah atau madrasah yang maju sebagai percontohan. Kita ambil ilmunya, kita pelajari dan terapkan di madrasah,” lanjutnya.
Begitu pula dalam hal pengelolaan madrasah, perlu dilakukan dengan profesional. Taufik mengumpamakan mengelola madrasah seperti mengelola warung makan. Warung makan yang dikelola dengan masakan yang enak, tempat bersih, harga murah, dan penjual murah senyum akan diminati masyarakat.
Pembinaan diikuti oleh yayasan, guru, pegawai, komite, dan siswa MTs Ma'hadul Muta'allimin serta guru RA dan guru madrasah diniyah Kecamatan Comal. Turut hadir Kepala Seksi Pendidikan Madrasah, Kepala KUA Kecamatan Comal, Pengawas Madrasah dan PAI Kecamatan Comal, Penyuluh Agama Islam Kecamatan Comal.
Taufik mengatakan madrasah harus bisa mandiri, bisa membiayai operasional madrasah dari hasil usaha yayasan. Pemerintah membantu madrasah berupa BOS, PIP, RKB dan lain-lain. Bantuan dari Pemerintah harus bisa direncanakan, digunakan, dan dipertanggungjawabkan sesuai aturan.
Guru jadi salah satu faktor penting dalam kemajuan madrasah. Guru harus bersikap profesional, jangan karena guru tersebut termasuk anak yayasan maka bisa seenaknya dalam hal kedisiplinan dan kegiatan belajar mengajar. Taufik mengingatkan anak didik jangan terlalu sering ditinggalkan, hanya diberikan tugas.
Orang tua pada umumnya menyekolahkan anaknya di madrasah untuk menjadi murid yang baik, pandai ilmu agama disamping ilmu umum. Siswa diberikan bekal yang cukup untuk mengarungi masa depan.
Setidaknya ada tiga hal sebagai bekal siswa MTs yang disebutkan Taufik. Siswa harus rutin menjalankan sholat wajib lima waktu. Siswa diajarkan untuk gemar membaca dan menulis Al-Qur'an. Dan yang ketiga, siswa harus ditanamkan akhlak yang mulia. Ketiganya bisa ditanamkan kepada siswa dengan diawali suri tauladan para guru.
Siswa madrasah harus ditanamkan sikap cinta tanah air, jiwa nasionalisme. Hal ini bertujuan agar siswa madrasah tidak terhasut dan bergabung ke dalam organisasi atau paham yang mengajarkan radikalisme, terorisme yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Taufik selanjutnya menyerahkan bantuan senilai Rp4.000.000,00 untuk MTs Ma'hadul Muta'allimin, dua orang guru RA, dan enam orang guru madrasah diniyah. MTs Ma'hadul Muta'allimin menerima bantuan senilai Rp2.000.000,00. Kedelapan guru masing-masing menerima bantuan senilai Rp250.000,00. Taufik juga menyerahkan 7 mushaf Al-Qur’an untuk MTs Ma'hadul Muta'allimin dan enam lembaga madin. (fi)